Is This Goodbye?
Bagaimana Februarimu?
Berat ya?
Tak apa, rasakan saja bagaimana rasa yang seharusnya. Bila sedih, menangislah sewajarnya. Bila lega, besyukurlah atasnya. Semua akan terlewati, ini hanya perihal waktu, tidak lambat dan tidak cepat, ia hanya butuh tepat.
Iya, aku tahu.
Berbeda ya dengan Januari yang kamu akhiri dengan sangat berani dan penuh tantangan yang teratasi. Keberanianmu melewati Januari membawamu ikut berani menuntaskan segala hal yang tertunda tujuh tahun silam.
Hebat!
Tujuh tahun itu waktu yang lama, lho. Dan kamu ditakdirkan mencintainya selama itu. Tetapi, pada hakikatnya kalian tak pernah benar-benar bersama selama itu.
Ya, cinta tak dapat di duga pada siapa ia akan menetap, suatu saat bisa saja hilang terkikis waktu. Selayaknya kupu-kupu yang hinggap, suatu saat akan terbang.
Kamu tahu sendiri apa-apa saja yang telah terlewat karenanya. Tawa, tangis, rindu, pilu, sesak, semua terwakili dan termiliki. Hanya saja, masih ada satu yang belum tuntas, perihal cinta.
Lihat betapa teguh kamu bersembunyi di balik ketidaktahuan, ketidakpastian, dan ketidakmungkinan.
Tapi nyatanya, kamu bisa tuh, kan?
Iya, mengerti kok.
Sebab kamu memiliki dia di hati itu, hingga rasa hangat ketika mencintainya selama itu juga ikut terbawa pada hangatnya bulir air yang jatuh menuju pelupuk matamu selama sebulan ini, kan.
Pasti mata belok indahmu itu jadi sembab ya?
Ah, kau butuh mengkompresnya agar cepat pulih.
Telah jelas semua pada kenyataannya, lalu apa yang akan kamu lakukan?
Menyerah atau tetap melangkah?
Oh, kamu ingin istirahat sejenak?
Tak apa, ambil waktumu, dan jangan terlalu lama ya. Sebab masih ada banyak yang harus kamu selesaikan di tahun ini, masih ada banyak keyakinan yang harus kamu perjuangkan.
Bagaimana rasanya?
Mengapa kian sesak?
Iya, mengerti kok, wajar kalau kamu merasa sakit. Manusia kan tidak selamanya sehat, pun begitu tidak akan selamanya sakit. Iya kan?
Hm, apa kamu sudah berbicara padanya lagi?
Berbicara layaknya manusia yang butuh bersosialisasi dengan sesamanya.
Apa dia mengingatnya?
Hari di saat kamu menua?
Hahaha, tidak terasa ya, jauh di dalam sana kamu pasti ingin memutar waktu.
Ya, aku tahu.
Andai bisa, pasti sudah kamu lakukan.
Ya, aku tahu.
Lalu, apa lagi yang kalian bicarakan?
Itu saja?
Kamu tidak berbalik menanyai tentang bagaimana dia, bagaimana pekerjaannya, dan bagaimana perasaannya?
Oh, eh, maaf, aku lupa. Tapi perihal rasa tidak dapat dibohongi lho ya, ini sekedar mengingatkan saja seperti kutipan, "Lain di mulut lain di hati."
Tapi mengapa kamu masih ragu?
Kamu harusnya bisa lebih ringan menggerakkan langkahmu, kan.
Kamu yakin dengan perasaanmu itu?
Kalau keyakinanmu akhirnya pupus lagi, bukannya kamu malah lebih kecewa?
Ya, terserahmu saja, kamu dan dia telah menentukan.
Tapi, kamu yakin keputusan yang terjadi itu sudah bulat?
Apa tak bisa kau ajak dia untuk berbincang lagi?
Sebab, mungkin ia bisa berkata, tapi kalian belum berjumpa.
Kalian itu butuh temu, agar kenyataannya tak abu-abu.
Ini bukan akhirmu, ini juga bukan akhirnya.
Temuilah jika ada kesempatan, ya.
Usahakan lagi, coba lagi, dan lagi. Hingga sampai pada titik akhir, hingga semesta menandai "Cukup sampai disini." Ikuti intuisimu dan ajak dia merasakannya.
Mungkin kalian bisa jatuh hati lagi, mungkin juga tidak. Jangan terlalu meletakkan harap.
Jangan sampai kamu jatuh sendiri lagi.
Eh, ngomong-ngomong, selamat ya atas pencapaianmu di Februari ini, walau lelah, aku mengerti kok. Kamu membuktikan padanya bahwa kamu tak akan membuang waktu lagi kan?
Jadi, sudah kamu tuntaskan lagi revisimu?
Ayolah, semangat lagi.
Ingat, "Jangan buang waktumu."
Berat ya?
Tak apa, rasakan saja bagaimana rasa yang seharusnya. Bila sedih, menangislah sewajarnya. Bila lega, besyukurlah atasnya. Semua akan terlewati, ini hanya perihal waktu, tidak lambat dan tidak cepat, ia hanya butuh tepat.
Iya, aku tahu.
Berbeda ya dengan Januari yang kamu akhiri dengan sangat berani dan penuh tantangan yang teratasi. Keberanianmu melewati Januari membawamu ikut berani menuntaskan segala hal yang tertunda tujuh tahun silam.
Hebat!
Tujuh tahun itu waktu yang lama, lho. Dan kamu ditakdirkan mencintainya selama itu. Tetapi, pada hakikatnya kalian tak pernah benar-benar bersama selama itu.
Ya, cinta tak dapat di duga pada siapa ia akan menetap, suatu saat bisa saja hilang terkikis waktu. Selayaknya kupu-kupu yang hinggap, suatu saat akan terbang.
Kamu tahu sendiri apa-apa saja yang telah terlewat karenanya. Tawa, tangis, rindu, pilu, sesak, semua terwakili dan termiliki. Hanya saja, masih ada satu yang belum tuntas, perihal cinta.
Lihat betapa teguh kamu bersembunyi di balik ketidaktahuan, ketidakpastian, dan ketidakmungkinan.
Tapi nyatanya, kamu bisa tuh, kan?
Iya, mengerti kok.
Sebab kamu memiliki dia di hati itu, hingga rasa hangat ketika mencintainya selama itu juga ikut terbawa pada hangatnya bulir air yang jatuh menuju pelupuk matamu selama sebulan ini, kan.
Pasti mata belok indahmu itu jadi sembab ya?
Ah, kau butuh mengkompresnya agar cepat pulih.
Telah jelas semua pada kenyataannya, lalu apa yang akan kamu lakukan?
Menyerah atau tetap melangkah?
Oh, kamu ingin istirahat sejenak?
Tak apa, ambil waktumu, dan jangan terlalu lama ya. Sebab masih ada banyak yang harus kamu selesaikan di tahun ini, masih ada banyak keyakinan yang harus kamu perjuangkan.
Bagaimana rasanya?
Mengapa kian sesak?
Iya, mengerti kok, wajar kalau kamu merasa sakit. Manusia kan tidak selamanya sehat, pun begitu tidak akan selamanya sakit. Iya kan?
Hm, apa kamu sudah berbicara padanya lagi?
Berbicara layaknya manusia yang butuh bersosialisasi dengan sesamanya.
Apa dia mengingatnya?
Hari di saat kamu menua?
Hahaha, tidak terasa ya, jauh di dalam sana kamu pasti ingin memutar waktu.
Ya, aku tahu.
Andai bisa, pasti sudah kamu lakukan.
Ya, aku tahu.
Lalu, apa lagi yang kalian bicarakan?
Itu saja?
Kamu tidak berbalik menanyai tentang bagaimana dia, bagaimana pekerjaannya, dan bagaimana perasaannya?
Oh, eh, maaf, aku lupa. Tapi perihal rasa tidak dapat dibohongi lho ya, ini sekedar mengingatkan saja seperti kutipan, "Lain di mulut lain di hati."
Tapi mengapa kamu masih ragu?
Kamu harusnya bisa lebih ringan menggerakkan langkahmu, kan.
Kamu yakin dengan perasaanmu itu?
Kalau keyakinanmu akhirnya pupus lagi, bukannya kamu malah lebih kecewa?
Ya, terserahmu saja, kamu dan dia telah menentukan.
Tapi, kamu yakin keputusan yang terjadi itu sudah bulat?
Apa tak bisa kau ajak dia untuk berbincang lagi?
Sebab, mungkin ia bisa berkata, tapi kalian belum berjumpa.
Kalian itu butuh temu, agar kenyataannya tak abu-abu.
Ini bukan akhirmu, ini juga bukan akhirnya.
Temuilah jika ada kesempatan, ya.
Usahakan lagi, coba lagi, dan lagi. Hingga sampai pada titik akhir, hingga semesta menandai "Cukup sampai disini." Ikuti intuisimu dan ajak dia merasakannya.
Mungkin kalian bisa jatuh hati lagi, mungkin juga tidak. Jangan terlalu meletakkan harap.
Jangan sampai kamu jatuh sendiri lagi.
Eh, ngomong-ngomong, selamat ya atas pencapaianmu di Februari ini, walau lelah, aku mengerti kok. Kamu membuktikan padanya bahwa kamu tak akan membuang waktu lagi kan?
Jadi, sudah kamu tuntaskan lagi revisimu?
Ayolah, semangat lagi.
Ingat, "Jangan buang waktumu."
(Picture from https://pin.it/mcbt4DZ )
Komentar
Posting Komentar