You Left Me Empty
Kemenanganku atas pernyataan isi hatiku pada awalnya ternyata tak begitu membahagiakan. Bukan sebab kau tak membalasnya, melainkan pernyataan itu secara tak sengaja juga ikut menuntaskan ikatanku padamu.
Setiap hari yang terlewati tak pernah alpa dengan aku yang mencoba mengikhlaskan. Hingga pada suatu waktu aku benar-benar mantap tidak lagi ingin melihat kilas harapan yang nyatanya sudah lama pudar.
Ketika bertahan untuk tetap mencintaimu maka logikaku tumpul dan rasaku terlalu berlebihan. Jika mencintaimu aku tumbang mungkin lebih baik aku berhenti agar bisa seimbang.
Kau memang hadir dan pergi membawa banyak rasa tanpa bersisa. Darimu aku mengecap banyak rasa pahit kecewa dan manis bahagia dalam satu waktu yang sama. Hingga akhirnya tak ada lagi rasa yang terasa.
Kau,
Meski bukan cinta terbaikku
Meski bukan patah hati terhebatku
Melepaskanmu dari hidupku cukup dalam menyisakan ruang hampa dihatiku.
Cinta itu tidak salah, yang salah adalah aku yang terlalu berlebihan merasakannya dan menaruh banyak harap didalamnya.
Takdir pun tak pernah salah, yang salah adalah aku yang tak pernah bisa secara sadar menerima setiap konsekuensinya.
Garis takdir mempertemukan kita membawa cinta didalamnya sehingga aku jatuh hati padamu. Takdir pula yang menjarakkan kita membawa pergi cinta yang ada sehingga aku patah hati terhadapmu.
Dari keduanya aku belajar bahwa setiap kali jatuh akan membuat patah. Dan patah kali ini cukup parah.
Untuk yang terakhir,
Kukeluarkan semua sedih, kecewa, dan kelukaan
Kuresapi tiap isak tangis yang kian memecah hening malam
Dan kutumpahkan banyak air mata ketika secara paksa aku berusaha mengingat kita.
Kita yang dulu
Kita yang hanya sekedar dan yang hanya hampir.
Hingga pada akhirnya aku secara utuh tak bisa merasakan emosi apapun ketika kembali kumunculkan memori kita yang hanya sekedarnya dan yang hanya hampir.
Tak ada lagi kecewa
Tak ada lagi air mata
Rasaku telah tawar
Hatiku telah hancur merata
Aku hampa.
Namun di beberapa minggu yang lalu kau sempat hadir kembali menjadi bunga tidurku setelah waktu itu kita saling melepas simpul takdir.
Tidak seperti yang sebelum-sebelumnya yang hadirmu membawa banyak arti, kali ini hadirmu cepat menguap dan terlupakan begitu saja.
Mungkin aku hanya ingin merasakan bagaimana kembali merindukan seseorang yang kemudian ia hadir menemaniku lewat mimpi-mimpi indah itu.
Sempat aku memohon lagi pada semesta untuk menghadirkanmu lagi meski hanya dalam wujud kenangan, tapi tak terkabulkan. Kau tak bisa kurasakan lagi, dan mungkin tak akan pernah bisa lagi.
Kepadamu, aku telah mati rasa.
Setiap hari yang terlewati tak pernah alpa dengan aku yang mencoba mengikhlaskan. Hingga pada suatu waktu aku benar-benar mantap tidak lagi ingin melihat kilas harapan yang nyatanya sudah lama pudar.
Ketika bertahan untuk tetap mencintaimu maka logikaku tumpul dan rasaku terlalu berlebihan. Jika mencintaimu aku tumbang mungkin lebih baik aku berhenti agar bisa seimbang.
Kau memang hadir dan pergi membawa banyak rasa tanpa bersisa. Darimu aku mengecap banyak rasa pahit kecewa dan manis bahagia dalam satu waktu yang sama. Hingga akhirnya tak ada lagi rasa yang terasa.
Kau,
Meski bukan cinta terbaikku
Meski bukan patah hati terhebatku
Melepaskanmu dari hidupku cukup dalam menyisakan ruang hampa dihatiku.
Cinta itu tidak salah, yang salah adalah aku yang terlalu berlebihan merasakannya dan menaruh banyak harap didalamnya.
Takdir pun tak pernah salah, yang salah adalah aku yang tak pernah bisa secara sadar menerima setiap konsekuensinya.
Garis takdir mempertemukan kita membawa cinta didalamnya sehingga aku jatuh hati padamu. Takdir pula yang menjarakkan kita membawa pergi cinta yang ada sehingga aku patah hati terhadapmu.
Dari keduanya aku belajar bahwa setiap kali jatuh akan membuat patah. Dan patah kali ini cukup parah.
Untuk yang terakhir,
Kukeluarkan semua sedih, kecewa, dan kelukaan
Kuresapi tiap isak tangis yang kian memecah hening malam
Dan kutumpahkan banyak air mata ketika secara paksa aku berusaha mengingat kita.
Kita yang dulu
Kita yang hanya sekedar dan yang hanya hampir.
Hingga pada akhirnya aku secara utuh tak bisa merasakan emosi apapun ketika kembali kumunculkan memori kita yang hanya sekedarnya dan yang hanya hampir.
Tak ada lagi kecewa
Tak ada lagi air mata
Rasaku telah tawar
Hatiku telah hancur merata
Aku hampa.
Namun di beberapa minggu yang lalu kau sempat hadir kembali menjadi bunga tidurku setelah waktu itu kita saling melepas simpul takdir.
Tidak seperti yang sebelum-sebelumnya yang hadirmu membawa banyak arti, kali ini hadirmu cepat menguap dan terlupakan begitu saja.
Mungkin aku hanya ingin merasakan bagaimana kembali merindukan seseorang yang kemudian ia hadir menemaniku lewat mimpi-mimpi indah itu.
Sempat aku memohon lagi pada semesta untuk menghadirkanmu lagi meski hanya dalam wujud kenangan, tapi tak terkabulkan. Kau tak bisa kurasakan lagi, dan mungkin tak akan pernah bisa lagi.
Kepadamu, aku telah mati rasa.
Hai, Liz...
BalasHapusTulisan kamu rapi lho. Aku dulu jaman kuliah baru akhir itu bisa rapi.